Wednesday, March 17, 2010

BUDAYA KORUPSI YANG MAKIN BASI TAPI MAKIN DIMINATI

Pemilihan presiden sebentar lagi akan tiba. Eh, besok ya nyontrengnya, hari rabu besok??? milih siapa gw ya? males banget. Golput? jaaaaaaaa...

Oke.. oke, sesuai judul, gw mau beropini tentang korupsi di negeri ini yang nggak ada habisnya. Padahal, KPK udah di buat, demo udah sering banget sampe jaket alamamater lusuh, tumbal mahasiswa udah banyak yang mati ditembak, kaki-kaki pejuang juga sudah memperlihatkan betis-betisnya yang sudah menjadi betis abang becak karena panjangnya jalan untuk ditempuh, penculikan orang-orang yang sampe sekarang ilang kemana padahal nggak maen petak umpet. MasyaAllah, kenapa dah ya korupsi masssssiiiihhh aja ada?.


Bung, entah sadar apa tidak, semua ini (korupsi) bermula dari pandangan kita.. ya, bisa dibilang sesuai dengan tolak ukur kita. Bukan tolak ukur kita dalam melihat korupsi, tapi tolak ukur kita dalam memandang hidup.

Di Jepang, di Australi, dan negara-negara maju lainnya.. bukan rahasia lagi, kalau anak-anak muda bahkan tua mencari penghasilan lewat mencuci piring, lewat membersihkan suatu tempat, atau istilahnya cleaning service. Dan mereka enjoy, nggak risih.. walaupun mereka S3, walaupun mereka anak pejabat tinggi, no problemo.. malah kalau jadi tukang batu atau tukang sampah sangat dihormati di sana.. pahlawan katanya..

Di Jepang, Di Belanda, nggak heran ngeliat orang-orang naik sepeda semua, nggak heran ngeliat hapenya itu jelek-jelek.. mereka enjoy aja, walau S3 bahkan anak petinggi negara, mereka asik aja tuh gelantungan di kereta.. no problemoooo... yang lucunya, communicator itu paling laku di Indonesia.. lucu ya?..

Negara-negara itu, dipastikan hanya memakai prinsip kemanusiaan, belum tergugah dengan prinsip yang paling utama, yaitu spiritualitas.. melihat secara ketuhanan, rasa cinta yang paling dalam. Tapi, entah kenapa mereka bisa seperti itu, bisa enjoy aja, bisa no problemoooo... dan lucunya, di Indonesia, Masjid menjamur melebihi restoran, Gereja banyak terbentang... tapi sisi ketuhanan seperti ditinggalkan...

Ya, itu yang gw maksudkan sebagai tolak ukur...
tolak ukur melihat dunia ini, ada yg bilang ini namanya ideologi, tapi apalah namanya, bilang aja pandangan hidup...

Ya, yang menyebabkan korupsi masih terjadi di negeri ini adalah MATERIALISTIS (entah bener apa nggak tulisannya? yang penting substansinya).. sebuah tolak ukur yang melihat dunia dan dirinya dilihat dari pangkat, jabatan, harta, gengsi, ganteng, cantik, kaya, hape model baru, dll..

Sangat jelas terlihat, hal ini jg berkaitan erat dengan televisi di Indonesia, apa yang dijual oleh para produser dan sutradara Dajjal itu? glamour, rok pendek, bibir tebel, riasan wajah mirip ondel-ondel. Lihat!, efeknya udah menjamur.. semua silau dengan tolak ukur itu semua. Kasian yang berada di desa, yang di pedalaman sana... setelah melihat sinetron, serempak roknya pendek semua, hasrat laki-laki kampung mulai dipertanyakan.. Lihat mabuk-mabukkan, di Jakarta masih ngumpet.. di pedalaman dan di perkampungan? terang-terangan, bahkan aparat ikutan.. gaya hidup sudah terbentuk. Ada perbedaan gaya hidup orang barat dan orang Indonesia.. orang barat mabok gara-gara kelebihan duit, orang indonesia mabok patungan, ironis sudah..

Entah mau kasihan apa nangis, ada seorang guru yang merasa kekurangan.. oh memang kasihan nasib guru dari dulu sampe sekarang! Kemana pemerintah!!??.. eh, tapi dia punya 2 Hape di tangannya, motornya Supra X.. dan ini kisah nyata.

Sebenernya kita kekurangan apa sih? gw jawab secara absolut, kita akan merasakan kekurangan atau kelebihan sesuai GAYA HIDUP kita. Ya! sesuai GAYA HIDUP KITA!. Balik lagi tadi sama tolak ukur, pandangan hidup kita bagaimana. Sebenarnya kita itu udah bercukupan apa belum? kalau gaya hidupnya mau naik pangkat terus biar dihormati, mau naik gaji biar bisa beli mobl terus punya gengsi, mau ke J-co atau Starbucks biar jadi anak keren (bukan untuk mengenyangkan perut atau menikmati dengan syukur rasa kopi yg nikmat).. tak akan ada habisnya, sampe mati kita terus mencari dan mencari.. karena kita merasa kekurangan.. gaya hidup kitalah yang menentukan. Coba bayangkan, jika semua orang di kampung kita terobsesi punya mobil baru, semua akan merasa kekurangan dan melihat kasian jika ada yang nggak punya mobil.. gaya hidup sudah berubah, tolak ukur sudah berubah. Makanya jangan heran, kalau ada anak tukang ojek hapenya itu harganya 10 kali lipet dari hape gw dan orangnya sombong (harga hape gw 200rb).. gw iri? biasa aja tuh..

Sudah nyambung tidak? kenapa di Jepang, di Belanda, atau di Australia nyuci piring dianggap hal yang biasa dan bermanfaat, naik sepeda itu biasa aja dan menjadi pemandangan sehari-hari, tukang sampah malah dijadikan pahlawan. Ya, itu semua gaya hidup, maka mereka biasa saja.. udah jadi budaya. Nah, kalo jadi cleaning service atau tukang sampah di Indonesia? jangan harap dibilang pahlawan, paling cuma di mulut.. sisanya tersembunyi di dalam hati "Mana mau gw jadi tukang sampah!!!" (ya mana mau lah, buang sampah aja masih sembarangan, gimana mau jadi tukang sampah.. capee dehhh..)

Itulah kenapa korupsi di Indonesia masih ada sampe sekarang, ya.. gaya hidup materialistis udah mengakar, bahkan kita tidak sadar. Mau KPK ada 10 kek, 100 kek, bahkan sampai semua rakyat Indonesia ini anggota KPK, nggak bakalan korupsi itu ilang sebelum menghilangkan apa yang namanya materialistis itu. Gw yakin, kalo orang masih fokus dengan 'siapa yang korupsi?' aja tapi masih mempunyai sisi materialistis di dalam dirinya.. InsyaAllah, korupsi akan terus ada, bahkan gedung KPKnya juga ikut dikorupsi... Jangan ngomongin korupsi, jika gaya hidup kita masih senang untuk berbanci-banci, melihat gaun warna-warni untuk menjadi 'bukti', haus akan jabatan dan gaji, parti-parti, ngincer hape jeti-jeti, beliin pacar mobil mercy, ah banyak sekali..

Lihat ke dalam, baru keluar.. Jika di dalam belum bener, mustahil mau benerin yang di luar.. seperti kata Mas Romi...

"Teriakan berantas Kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!. Mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan!. Mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak anti-Korupsi!" (Romi Satria Wahono)

Kalo kata gw..

"KAPAN GW GANTI HAPE? HAHAHA.. syukuri (syukuri apa syukurin? hehe).. kalau ganti baru alhamdulillah kalau nggak ya nggak papa.. tergantung gaya hidup :)"

Wallahu a'lam...


M.Maula.N.A
blogkocak@gmail.com

*terimakasih untuk Bpk Abdullah Muadz atas inspirasinya...
If you have enjoyed this entry. Please feel free to bookmark it using your favorite social bookmarking site

Post a Comment